Translate

Selasa, 23 April 2013

Ilmu Kealaman Dasar


A. Hakikat Manusia dan Sifat  Keingintahuannya.
            Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang mempunyai kemampuan berpikir logis dan analitis, sehingga dapat mengarahkan dirinya kepada tujuan yang positif dan lebih baik.
Manusia mampu mengakumulasikan dan mengembangkan pengetahuan yang didapatnya, sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih baru.  Demikian juga sifat keingintahuan dan perkembangan alam pikirannya juga berkembang sejalan dengan perkembangan fisik tubuhnya (umur).
            Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar dengan akal sehatnya memungkinkan untuk selalu berbuat yang baik dan bijaksana untuk dirinya serta lingkungannya.
            Manusia adalah mahluk yang lemah apabila dibandingkan dengan mahluk lain, misalnya gajah dapat mengangkat balok yang berat, kucing dapat berlari dengan cepat, burung dapat terbang tinggi, buaya dapat berenang dengan cepat, dll.
            Dengan menggunakan akal yang disertai kemauan yang sangat kuat, maka manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kebutuhannya.
            Dengan kedua alat tersebut (ilmu pengetahuan dan teknologi), manusia dapat mengangkat barang yang beratnya puluhan ton, berlari cepat dengan mengendarai mobil, terbang tinggi dengan pesawat terbang, menyelam dengan kapal selam, dan sebagainya.
            Dengan modal ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dapat hidup menjadi lebih baik,  bahkan lebih dari itu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dapat menguasai alam dan mengungguli mahluk lain dimuka bumi ini.
             Akal dan kemauan manusia yang sangat kuat itulah menjadikan manusia memiliki sifat yang unik.
            Manusia sebagai mahluk hidup mempunyai ciri – ciri :
1.      Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya (cerdas).
2.      Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, yaitu adanya zat yang masuk dan keluar.
3.      Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
4.      Memiliki potensi untuk berkembang biak.
5.      Tumbuh dan bergerak.
6.      Berinteraksi dengan lingkungan.
7.      Apabila tiba saatnya akan mengalami kematian.
      Manusia dapat berinteraksi dengan lingkungannya, artinya ;
a.       Manusia dapat membuat alat – alat dan menggunakannya dalam kehidupan sehari – hari,  sehingga disebut sebagai manusia kerja (homo faber).
b.      Manusia dapat berbicara (homo longuens), sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lainnya.
c.       Manusia dapat hidup bermasyarakat (homo socius), tidak bergerombol seperti binatang.
d.      Manusia dapat melakukan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo aeconomicus).
Rasa Ingin Tahu
            Semua mahluk hidup termasuk manusia memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari luar (lingkungan), misalnya tumbuhan yang berhijau daun memberikan reaksi terhadap sinar matahari (fotosintesis).
            Binatang memberikan reaksi terhadap lingkungan dengan cara melakukan penjelajahan, misalnya harimau atau burung ingin tahu tempat lain untuk mencari makanan dan sebagainya. 
            Rasa ingin tahu (kuriositas) pada binatang didorong oleh naluri (instinct), dimana naluri tersebut bertitik pusat pada mempertahankan kelestarian dan melangsungkan hidup serta sifatnya tetap sepanjang zaman (idle curiosity).
            Manusia selain mempunyai naluri seperti tumbuhan dan binatang, manusia juga memiliki akal sehingga rasa ingin tahunya tidak tetap sepanjang zaman (curiosity). 
Perbedaan naluri manusia dengan binatang :
A. Manusia ;
1.      Mempunyai naluri untuk menghamba kepada sesuatu yang lebih besar dan mententramkan jiwa.
2.      Mempunyai naluri potensi akal, sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
3.      Mempunyai naluri hawa nafsu, sehingga bisa mengendalikan nafsu (pengendalian diri).

B. Binatang ;
1.      Tidakmempunyai naluri untuk menghamba kepada sesuatu yang lebih besar dan mententramkan jiwa.
2.      Tidak mempunyai naluri potensi akal, sehingga tidak bisa membedakan baik dan buruk.
3.      Tidak mempunyai naluri hawa nafsu, sehingga tidak bisa mengendalikan nafsu (semaunya sendiri).
            Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang, atau dengan perkataan lain manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir.
            Rasa ingin tahu manusia tidak pernah dapat terpuaskan.  Apabila suatu masalah dapat dipecahkan, maka akan timbul masalah lain yang menunggu pemecahannya.
            Manusia akan bertanya terus setelah tahu tentang apa (what), maka selanjutnya ingin tahu bagaimana (how), dan mengapa (why).
            Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang telah lama diperoleh (pengetahuan terdahulu) untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan dan akhirnya menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi.
            Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah – olah tanpa batas itu, menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada diri manusia.  Hal tersebut bukan saja meliputi kebutuhan pokok untuk hidup sehari-hari, melainkan juga berkembang kepada hal-hal yang menyangkut keindahan.
            Contohnya sebagai ilustrasi manusia purba hidup dalam gua-gua atau diatas pohon, tetapi berkat pengetahuannya yang bertambah terus dan kemampuan berpikir  maka manusia modern bisa membuat tempat tinggal berupa gedung – gedung yang kokoh dan indah.
            Lain halnya dengan burung manjar misalnya dengan sarangnya yang indah tampak tidak mengalami perubahan sepanjang masa.  Demikian juga harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat sarang diatas pohon tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
            Perkembangan pengetahuan pada manusia didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju, sifat yang selalu tidak puas, dan sifat ingin yang lebih baik.  Dengan demikian maka akumulasi pengetahuan akan berlangsung lebih cepat.
            Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan, maka tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dari binatang dan tumbuhan.  Manusia merupakan mahluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan mahluk lainnya.
            Rasa ingin tahu pada manusia tidak sama setiap orangnya.  Kegagalan yang dialami manusia tidak akan membuat putus asa, melainkan akan membangkitkan semangat yang lebih besar untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
            Manusia melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara menyelidiki sendiri, melanjutkan penyelidikan yang pernah dilakukan orang lain, bekerja sama dengan orang lain, dan sebagainya.
            Dalam upaya memperoleh ilmu pengetahuannya, manusia menggunakan dua aliran pemikiran / filsafat yaitu rasionalisme dan empirisme.
Rasionalisme ; adalah aliran pemikiran yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan logika/deduksi.
Empirisme ; adalah aliran pemikiran yang mengandalkan hasil pengamatan dan percobaan berdasarkan induksi.
Pemikiran Deduksi (Deduktif) ; adalah cara berpikir yang bertolak atau mulai dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Pemikiran Induksi (Induktif) ; adalah cara berpikir dengan tujuan menarik kesimpulan yang bersifat umum dari pengamatan atau gejala – gejala yang bersifat khusus.
            Manusia selalu merasa ingin tahu, maka sesuatu yang belum dapat terjawab dikatakan wallahualam artinya Allah yang lebih mengetahui, atau wallahualam bissawab artinya Allah mengetahui sebenarnya.
            Sedangkan pada manusia kuno (zaman purba), ketika rasa ingin tahunya tidak terjawab seringkali mereka membuat jawaban sendiri.  Misalnya apakah pelangi itu ? Mereka mencoba menjawab bahwa pelangi adalah selendang bidadari, maka munculah pengetahuan baru yaitu bidadari.
            Pertanyaan lain misalnya mengapa gunung meletus ? Mereka mencoba menjawab karena yang berkuasa marah, maka munculah pengetahuan baru yaitu yang berkuasa.  Selanjutnya dengan logika munculah pengetahuan baru yang berkuasa pada lautan, sungai, hutan, dan sebagainya.
            Pengetahuan baru yang merupakan kombinasi antara pengamatan, pengalaman dengan kepercayaan disebut mitos.
            Menurut C.A. Van Peursen, mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang.  Cerita tersebut dapat disebarluaskan dari mulut ke mulut, atau dapat pula diungkapkan lewat tarian, pementasan seni, pergelaran wayang, dan sebagainya.
            Secara garis besar, mitos dibedakan menjadi 3 macam :
  1. Mitos Sebenarnya ;
      Manusia dengan imajinasinya berusaha menerangkan gejala alam yang ada tetapi belum tepat, karena kurang pengetahuannya sehingga untuk hal tertentu dikaitkan dengan seorang tokoh atau dewa/dewi (Pelangi-Bidadari).
b. Cerita Rakyat ;
   Manusia berusaha mengisahkan  peristiwa  penting yang menyangkut kehidupan masyarakat dan benar ada, hanya sulit diperiksa kebenarannya karena disampaikian dari mulut ke mulut (Lutung Kasarung, Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Emas, dan sebagainya).
c. Legenda ;
   Manusia berusaha mengemukakan seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah dan dihubungkan dengan apa yang terdapat di suatu lingkungan sebagai bukti kebenarannya (Sangkuriang-Gunung Tangkuban Perahu).
            Mitos dapat diterima orang pada saat itu karena keterbatasan penginderaan dan penalaran, serta hasrat ingin tahu yang perlu segera dipenuhi.  Sehubungan dengan kemajuan zaman, maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode pemecahan masalah secara ilmiah yang disebut metode ilmiah (Scientific method).
            Keterbatasan Alat Indera Manusia :
  1. Alat Penglihatan ;
      Banyak benda - benda yang bergerak begitu cepat sehingga tidak tampak jelas oleh mata.  Mata manusia tidak dapat membedakan sepuluh gambar yang berbeda dalam satu detik.
b. Alat Pendengaran ;
   Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 hertz per detik.  Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 hertz per detik tidak terdengar.
c. Alat Pencium dan Pengecap ;
   Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap (dicicipi) maupun yang diciumnya.  Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa, yaitu rasa manis, asin, asam, dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau – bauan yang lain dapat dikenali oleh hidung manusia, apabila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta ppm.  Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lainnya.  Tetapi tidak semua orang bisa melakukannya.
d. Alat Perasa ;
   Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif, sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi.
            Selain keterbatasan tersebut, seringkali indera manusia yang satu berbeda kemampuannya dengan indera manusia yang lain.  Misalnya ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak.  Demikian juga ada yang tajam penciumannya, ada yang lemah.
            Akibat dari keterbatasan – keterbatasan alat indera manusia tersebut, maka mungkin saja dapat menimbulkan salah informasi, salah tafsir, dan kesalahan dalam pemikiran.
            Contoh penginderaan menimbulkan kekeliruan informasi, misalnya indera mata ketika kita duduk dalam sebuah gerbong kereta api yang sedang melaju cepat, maka pohon dipinggir jalan yang kita lalui tampak berlari menjauhi kita.
            Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia, yaitu kira-kira 700 – 600 sebelum masehi.  Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta ini merupakan ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit sebagai atapnya.
            Tetapi yang menakjubkan bahwa orang Babilonia telah mengenal dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar kembali ke tempat semula adalah 365,25 hari.
            Karena kemampuan berpikir manusia semakin maju dan disertai pula oleh perlengkapan pengamatan seperti misalnya teropong untuk mengamati bintang yang makin sempurna, maka mitos dengan berbagai legendanya semakin ditinggalkan orang.
B. Perkembangan Fisik, Sifat,  dan Pikiran Manusia
            Tubuh manusia mulai berkembang sejak dalam rahim ibunya sampai manusia tersebut dilahirkan dan terus berkembang sampai menjadi manusia dewasa.
            Fisik manusia berubah mulai sejak berupa sel yang sederhana, selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna.  Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur.
            Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan serambi kanan pada minggu ke 9.
            Pada minggu ke 13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.
            Perkembangan fisik tubuh manusia dapat mengarah kepada bentuk tubuh pria atau wanita.  Perbedaan tersebut diciptakan karena masing – masing mempunyai peran biologis yang berbeda.
            Pada usia 32 minggu, janin sudah mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan posisi kepala berada di bawah semakin mendekati lubang kelahiran.
            Perkembangan yang paling cepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja.  Sedangkan perubahan fisik yang sangat nyata terjadi pada masa pubertas, yang ditandai dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ reproduksi.
            Perkembangan pengetahuan pada  manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak – anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.
            Sampai usia 2 tahun perkembangan kecerdasan sangat cepat, mulai dari belajar makan, belajar berbicara, dan belajar berjalan.  Pada rentang usia antara 2 – 7 tahun rasa ingin tahu akan semakin besar.
            Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai.
            Setelah menginjak usia 30 tahun, manusia mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab pada posisi yang sebenarnya.
            Cara orang dewasa memburu pengetahuan didasari oleh caranya dahulu sebagai anak mengembangkan kemampuannya untuk menemukan pengetahuan dari alam sekitarnya. 
            Para ahli pendidikan dan psikologi, memaparkan dan membagi perkembangan sifat dan alam pikiran manusia secara kronologis mulai dari masa bayi, masa anak – anak, masa usia sekolah, masa remaja, dan masa dewasa.
C. Sejarah Pengetahuan Yang Diperoleh Manusia.
            Sebenarnya, pengetahuan telah diperoleh manusia sejak manusia muncul di muka bumi.  Perkembangan pengetahuan yang pesat dimulai sejak ratusan tahun sebelum Tahun Masehi. 
            Para ahli sejarah membagi perkembangan pengetahuan menjadi 4 zaman, yaitu Zaman Purba (Babilonia), Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, dan Zaman Modern.
1. Zaman Purba (Babilonia) ;
            Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman purba berasal dari kemampuan mengamati dan membedakan, serta dari hasil percobaan yang sifatnya spekulatif atau trial and error.
            Semua pengetahuan yang diperoleh pada waktu itu diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal – usul dan sebab – akibat dari segala sesuatu.
            Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis, membaca, dan berhitung, maka pengetahuan yang terkumpul dicatat dengan rapih dan berlangsung terus menerus. 
            Hasil pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian waktu dimana satu tahun dibagi menjadi 12 bulan, satu minggu menjadi 7 hari, satu hari menjadi 24 jam. 
            Selanjutnya satu jam dibagi menjadi 60 menit, satu menit menjadi 60 detik.  Satu lingkaran penuh sama dengan 360.  Bahkan astronom Babilonia dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari tiap 18 tahun tambah sepuluh atau sebelas hari, ini terjadi kira-kira 3000 SM.
            Pada tahun 2980 – 2950 SM, telah berhasil dibangun piramid di kota Mesir dengan maksud untuk menghormati para dewa, agar tidak lagi terjadi bahaya banjir di sungai Nil.
            Berhasilnya pembangunan piramid tersebut, menunjukkan bahwa pengetahuan tentang teknik bangunan dan matematika khusunya geometri dan aritmatika saat itu telah maju.

2. Zaman Yunani Kuno ;
            Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat sekali pada zaman Yunani, hal tersebut disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari bangsa Yunani.
            Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima pengetahuan sebagaimana adanya, tetapi secara spekulatif mencoba mencari jawaban tentang asal – usul dan sebab – akibat dari segala sesuatu. 
            Beberapa tokoh pembaharu pada saat itu adalah :
Thales (624 – 548 SM) ;
   Ahli filsafat dan matematika, pelopor dari segala cabang ilmu.  Thales dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan segala isinya.
            Thales berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air.  Dari air lah asal mulanya segala sesuatu, dan kepada air pula ia akan kembali.  Disamping itu dia berpendapat bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan menerima cahaya dari matahari.
Pythagoras (580 – 499 SM) ;
   Mengemukakan empat unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api.  Dalam bidang matematika menemukan dalil bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya.
Empedokles (495 – 435 SM) ;
   Menerima empat unsur dasar menurut Pythagoras dan menyatakan bahwa sifat segala benda terjadi dari percampuran keempat unsur tersebut dalam perbandingan yang berbeda.
            Keempat unsur yang dimaksud adalah sifat panas, dingin, basah, dan kering.  Kering dan dingin membentuk bumi, dingin dan basah membentuk air, basah dan panas membentuk udara, panas dan kering membentuk api.
Aristoteles (384 – 322 SM) ;
   Menerima empat unsur dasar yaitu tanah, air, udara, dan api.  Dia berpendapat bahwa pengetahuan yang benar berasal dari pengetahuan yang diperoleh dan dibuktikan dengan pancaindera.
Archimides (287 – 212 SM) ;
   Archimides mempelajari matematika, fisika, dan mekanika serta menerapkan sebagian penemuannya pada usaha membuat alat – alat. 
            Perhitungan dan penemuan hukum Archimides dimulai dengan pengalaman, selanjutnya 
diidealisasikan dalam alam pikiran (analisis teoritis), dan akhirnya dibuktikan dengan percobaan.  Dengan demikian, sebenarnya Archimides  telah menemukan landasan ilmu pengetahuan modern.
3. Zaman Pertengahan ;
            Sampai dengan tahun 1400, perkembangan ilmu pengetahuan hampir tidak berarti, karena semuanya masih didasarkan atas pengetahuan Yunani terutama paham Aristoteles.
            Perkembangan yang lebih penting terjadi di Arab.  Pada zaman keemasan Islam, pengaruh bangsa Arab sangat menonjol.  Karya - karya Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
            Oleh para cendekiawan Islam buku – buku Yunani dipelajari, dikembangkan, dan diperbanyak serta disebarluaskan yang kemudian dipelajari oleh orang – orang Eropa.
            Beberapa cendekiawan Islam pada zaman pertengahan, diantaranya :
Al Khowarisni (825) ;
   Menyusun buku aljabar dan aritmatika yang kemudian mendorong penggunaan sistem desimal.
Omar Khayam (1043 – 1132) ;
   Omar Khayam adalah ahli matematika dan astronomi. 
  
   Abu Ibnusina (980 – 1137) ;
   Menulis buku tentang kedokteran
            Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam pengembangan pengetahuan adalah :
a.Menterjemahkan peninggalan bangsa Yunani, mengembangkan dan kemudian menyebarkan ke Eropa dan selanjutnya dikembangkan di Eropa.
b.Mengembangkan metode eksperimen sehingga memperluas pengamatan dalam bidang kedokteran, obat – obatan, astronomi, kimia dan biologi.
c.Penggunaan sistem penulisan bilangan dengan dasar sepuluh dan ditulis dengan posisi letak, artinya nilai suatu angka terdapat pada letak atau posisinya. Misalnya 2132 = artinya dua ribuan, satu ratusan, tiga puluhan, dan dua satuan.
4. Zaman Modern ;
            Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan memang sudah banyak, tetapi belum tersusun secara sistematis dan belum dianalisis.
            Setelah ditemukan alat yang semakin sempurna, ditambah dengan meningkatnya kemampuan berpikir maka mulailah dikembangkan metode eksperimen. 
            Beberapa tokoh yang mempelopori metode eksperimen :
Roger Bacon (1214 – 1294) ;
   Menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang berdasarkan kenyataan yang disusun dan dibentuk dari pengalaman, penyelidikan, dan percobaan.
Leonardo da Vinci (1452-1519);
   Menyatakan bahwa percobaan tidak mungkin sesat, yang tersesat adalah pandangan dan pertimbangan manusia.
Francis Bacon (1561-1626) ;
   Menyatakan cara berpikir induktif merupakan satu – satunya jalan untuk mencapai kebenaran.
Nicolas Copernicus (1473-1543);
   Ahli astronomi dan matematika ini menyatakan bahwa :
   - Matahari adalah pusat dari 
     sistemTatasurya.
   - Bumi mengelilingi matahari, 
     sedangkan bulan mengelilingi
     bumi.


Galileo Galilei (1546-1642) ;
   Menyatakan bahwa bulan tidak datar, melainkan penuh dengan gunung.  Penemuannya tersebut didasarkan atas pengamatan yang dilakukan dengan alat teropong bintang.
            Semua  penemuan dan pendapat disusun berdasarkan hasil percobaan.  Mulai saat inilah dianggap sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern.
III.   PERKEMBANGAN                  DAN  PENGEMBANGAN            ILMU  PENGETAHUAN  ALAM
            Panca indera akan memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan, dimana tanggapan tersebut menjadi suatu pengalaman.  Pengalaman yang diperoleh terakumulasi oleh karena adanya kuriositas manusia.
            Pengalaman merupakan salah satu bahan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman akan bertambah terus seiring berkembangnya manusia dalam mewariskan pengetahuannya kepada generasi – generasi penerusnya.
A. Pembagian Ilmu Pengetahuan (Sains)
            Inti dari perkembangan ilmu adalah penelitian yang didukung oleh landasan ilmu dari yang paling rendah berupa hipotesis, teori, dan dalil atau hukum merupakan landasan yang sudah teruji kebenarannya.
            Ilmu pengetahuan semakin hari semakin berkembang sehingga orang sulit mempelajari secara keseluruhan.  Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai dengan tanpa pembedaan, dilanjutkan menjadi IPS, IPA, dan IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa).
            Berdasarkan kepada beberapa argumentasi, ilmu pengetahuan atau sains dalam arti luas dibedakan menjadi :
1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ; 
    yaitu ilmu yang membahas 
    tingkah laku manusia sebagai
    mahluk sosial.
            IPS dibagi menjadi beberapa cabang ilmu, yaitu ;
      Psikologi ; ilmu pengetahuan yang mempelajari proses mental dan tingkah laku.
      Pendidikan ; ilmu yang mempelajari masalah pendidikan dan latihan dengan proses yang terarah dan sistematis.
Antropologi ; ilmu yang mempelajari sejarah dan perkembangan kebudayaan manusia.
Etnologi ; ilmu yang mempelajari sistem sosial ekonomi dan pewarisan kebudayaan, pertumbuhan, perkembangan, serta perubahannya dalam masyarakat primitif.
Sejarah ; ilmu yang mempelajari peristiwa – peristiwa masa lalu yang telah terjadi pada suatu negara, bangsa atau individu.
Ekonomi ; ilmu yang mempelajari tentang kesejahteraan, media tukar menukar dan pengelolaannya dalam lingkup rumah tangga, perusahaan, atau negara.
Sosiologi ; ilmu yang mempelajari prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ;
     yaitu ilmu yang membahas tentang alam dan semua isinya. 
Ilmu Pengetahuan Alam dibagi menjadi beberapa cabang ilmu :
Fisika ; ilmu yang mempelajari benda mati dari aspek wujud dengan perubahannya.
Kimia ; ilmu yang mempelajari benda hidup dan benda mati dari aspek susunan materi dan perubahan – perubahannya yang bersifat tetap.
Biologi ; ilmu yang mempelajari mahluk hidup dan gejala – gejalanya.
            Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, yaitu :
1.      Botani ; ilmu yang mempelajari
      seluk beluk tumbuhan.
2. Zoologi ; cabang ilmu Biologi yang mempelajari hewan.
3. Morfologi ; ilmu yang mempelajari struktur luar mahluk hidup.
4.Anatomi ; ilmu yang mempelajari struktur dalam mahluk hidup.
5.Fisiologi ; ilmu yang mempelajari fungsi atau faal  tubuh mahluk hidup.
6.Sitologi ; ilmu yang mempelajari sel secara mendalam, meliputi struktur, molekuler, dan lain-lain.
7.Histologi ; ilmu yang mempelajari jaringan tubuh atau organ mahluk hidup, yang merupakan serentetan sel yang sejenis.
8.Palaeontologi ; ilmu yang mempelajari mahluk hidup masa lampau yang berupa fosil.
3. Ilmu Pengetahuan Bumi dan
      Antariksa (IPBA)
; ilmu yang mempelajari bumi sebagai anggota tata surya dan ruang angkasa dengan benda angkasa  lainnya.
            IPBA dibagi menjadi beberapa cabang ilmu, yaitu :
Geologi ; ilmu yang mempelajari struktur bumi. 
   Geologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu :
1.Petrologi ; ilmu yang mempelajari batu – batuan.
2. Vulkanologi ; ilmu yang mempelajari gempa bumi.
3. Mineralogi ; ilmu yang mempelajari mineral atau bahan galian.
4. Kristalografi ; ilmu yang mempelajari bentuk – bentuk kristal dari mineral.
Astronomi ; ilmu yang mempelajari benda – benda ruang angkasa dalam alam semesta, meliputi ; bintang, matahari, planet, satelit, dan lain – lain. Penerapan astronomi yang praktis adalah dalam navigasi, perhitungan waktu, dan kalender.
Geografi ; ilmu yang mempelajari permukaan bumi serta sosio-ekonomi dan mahluk hidup di lokasi tersebut terutama manusia.
            Matematika yang sejak awal timbulnya ilmu pengetahuan selalu berperan, ternyata tidak dimasukkan ke dalam salah satu bidang ilmu tersebut.  Hal ini terjadi karena kedudukan matematika merupakan penunjang pengembangan semua disiplin ilmu.
B. Metode Ilmiah Sebagai Dasar IPA
            Pencarian pengetahuan dapat dilakukan secara non-ilmiah dan ilmiah.  Pencarian pengetahuan secara ilmiah dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta), maupun referensi pengalaman sebelumnya
            Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu yaitu ; obyektif, sistematis, dan berlaku umum.
            Operasionalisasi metode ilmiah meliputi beberapa tahap kegiatan, yaitu :
Ø  Perumusan Masalah
Ø  Penyusunan Hipotesis
Ø  Pengujian Hipotesis
Ø  Penarikan Kesimpulan
            Metode ilmiah menjadikan seorang ilmuwan bersikap jujur, terbuka, berpandangan luas, toleran dan tidak merasa dirinya paling hebat, hati-hati tetapi kritis, optimis, kreatif serta inovatif, selalu ingin mendapatkan atau menciptakan sesuatu yang baru guna mendapatkan nilai tambah.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
            IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala – gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas dasar hasil pengamatan.
            Awal dari Ilmu Pengetahuan Alam dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya dan kemudian mempelajarinya.  Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada.
            Fakta tentang gejala kebendaan atau gejala alam diselidiki dan diuji berulang – ulang melalui percobaan (eksperimen), selanjutnya berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teori).  Teori selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan.
            Jadi IPA adalah suatu pengetahuan teori yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khusus, yaitu melakukan survai (observasi), percobaan (eksperimen), penyimpulan, dan penyusunan teori.  Cara demikian disebut dengan nama Metode Ilmiah.
            Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu.  Metode ilmiah inilah merupakan dasar metode yang digunakan dalam IPA.
            Sejak abad 16 para ilmuwan mulai menggunakan metode ilmiah dalam mempelajari alam semesta.  Pemecahan masalah dilakukan tahap demi tahap dengan urutan langkah – langkah yang logis, mengumpulkan fakta-fakta yang berkaitan, mengujinya berulang – ulang melalui eksperimen yang diayakini kebenarannya.
            Berdasarkan kemampuan melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan, maka dari hasil eksperimen tersebut selanjutnya diperoleh pengetahuan yang baru.
            Setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimen, maka lahirlah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai suatu ilmu.
            Sejak digunakannya metode ilmiah dalam penelitian ilmiah, dimulailah IPA modern yang kemudian berkembang sangat pesat. 
            Beberapa perintis IPA modern ialah :
Galilieo Galiliei (1564 – 1642)
Isaac Newton (1642 – 1727)
Robert Boyle (1626 – 1691)
Laurent Lavoisier (1743 – 1793)
            Pengembangan aplikasi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar dari terbentuknya teknologi dan industri yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pola kehidupan  sosial manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar