LINGKUNGAN
AIR ( HIDROSFIR )
1) Lingkungan Air ( Hidrosfir )
Sebagian
besar (71%) permukaan bumi tertutup oleh air,
sehingga sangat berpengaruh terhadap iklim. Maka pada siang hari daratan
lebih cepat menjadi panas, bila dibandingkan dengan lautan dan sebaliknya pada
malam hari. Benda cair (lautan) lebih lambat menjadi panas, sedangkan
benda padat (daratan) lebih cepat menjadi panas. Total jumlah air didunia (data
1985) sebanyak 1.362.000.000 Km kubik, distribusi terbanyak pada lautan
(1.323.000.000 Km kubik) dan sisanya tersebar pada sungai, danau, air tanah dan
lain sebagainya. Jumlah air yang ada di bumi relative konstan, karena terjadi siklus
hidrologi. Air mengalami penguapan, pada lautan, sungai, danau dsbnya
terjadi proses evaporasi, air yang terdapat pada tanaman/tumbuhan (transpirasi), pada manusia dan hewan
terjadi respirasi. Ke tiga proses penguapan tersebut memasuki atmosfir
dan berkumpul terbawa angin pada suatu tempat, menjadi awan (proses presipitasi)
yang pada waktunya jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Hujan yang
jatuh ke daratan akan mengalami pengaliran langsung (surface run off) sebagai
air permukaan, sebagian meresap kedalam
tanah (perkolasi) sebagai air tanah dangkal maupun dalam (artesis).
Sedangkan yang diterima tumbuhan akan diserap (infiltrasi). Seluruh peristiwa
tersebut terus kembali berulang sepanjang masa sebagai proses alami.
2)
Sumber-sumber air
Sumber2 air yang bisa
dipergunakan untuk aktifitas manusia :
a.
air permukaan (air sungai dan danau)’
b.
air tanah (air tanah dangkal dan
dalam), dan
c. air angkasa (air air hujan). Kualitas sumber
air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam dan aktifitas manusia yang
ada disekitarnya. Air permukaan dapat mengandung banyak zat organik yang mudah terurai yang merupakan makanan
bagi bakteri. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dari segi
mikrobiologi, tetapi kadar zat kimianya tergantung formasi tanah yang dilalui
pada waktu proses perkolasi
3)
Sifat-sifat Air
Air
merupakan satu-satunya zat yang berada dalam 3 fasenya di bumi, yaitu fase
padat (es), fase cair dan fase gas (udara). Bila fase padat berubah menjadi
fase cair, maka volumenya akan bertambah. Adapun sifat-sifat air yang penting
digolongkan dalam sifat fisis, kimia dan biologis. Secara fisis, air
didapatl:an dalam bentuk es, cair, dan bentuk gas. Secara fisis, bentuk
tersebut tergantung pada cuaca
setempat. Kepadatan (density) air juga tergantung pada temperatur dan tekanan barometris. Pada tekanan satu atmosfir
(atm), air mendidih pada 100 ⁰C, karena tekanan uap (PV) di daerah tinggi lebih
rendah dari satu atm, maka air akan mendidih pada temperatur yang lebih rendah
dari 1000C, sehingga air dapat mendidih pada temperatur
yang berbeda tergantung pada
ketinggian tempat. Hal ini penting dalam penyuluhan pemanfaatan air bersih.
Secara kimiawi, air bersih mempunyai pH = 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9
mg/1. Air merupakan pelarut
yang universal dan air juga merupakan cairan biologis, karena terdapat didalam
tubuh semua organism. Secara biologis, dalam perairan selalu
didapat kehidupan fauna dan flora, henda hidup ini berpengaruh timbal
balik terhadap kualitas air.
4)
Manusia dan air
Air dalam tubuh manusia berkisar antara
50-70% dari seluruh berat badan. Air terdapat diseluruh badan, di tulang
terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83 %.
Kehilangan air sampai 15 % dari berat badan dapat mengakibatkan
kematian, karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1.5 -2,0 liter air sehari,
kekurangan air dapat mengakibatkan batu pada ginjal dan kandung kemih, karena
terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh. Banyaknya
aktifitas manusia dalam kehidupan yang memerlukan air. maka akan permasalahan
kompetisi akan air, baik untuk kebutuhan akan air minum, industri, ataupun
irigasi, sehingga perlu pengaturan yang jelas agar pemanfaatan sumber daya air
dapat dikendalikan dengan baik. Kompetisi ini dapat terjadi didasarkan atas jumlah
(kuantitas) air yang tersedia, fasilitas air
dan pemanfaatan air yang dapat mengubah kualitas air. Berdasarkan UU NKRI, Nomor 11 Tahun 1974 dan PP Nomor 22 Tahun 1982 mengatur tentang pemanfaatan air beserta
sumbernya, yang diprioritaskan bagi keperluan air minum, rumah tangga,
pertahanan-keamanan, peribadatan, dan keperluan
sosial, sedangkan irigasi, industri, ketenagaan, pertambangan, dan sebagainya termasuk prioritas berikutnya. Dalam
kenyataannya sektor pertanian merupakan pengguna
air terbesar.
5)
Pengaruh air terhadap kesehatan
Pengaruh air terhadap
kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung, adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air
yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Air yang
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, industri, irigasi, perikanan,
pertanian, rekreasi, dan sebagainya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi
sebaliknya pengotoran badan air oleh berbagai zat kimia dapat menurunkan
kesejahieraan masyarakat. misalnya (1) adanya zat-zat pengikat oksigen,
(2) pupuk pertanian, (3) material tersuspensi, (4) ada zat-zat kimia penyebab masalah
khusus, dan (5) buangan panas industri besar. Zat pengikat oksigen; adalah zat
kimia organik (Biochemical oxygen demand/BOD)
yang banyak dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai makanan sumber
energy dalam pertumbuhannya. Apabila BOD semakin tinggi, maka oksigen terlarut
akan habis (<3-5 mg/l), menyebabkan kehidupan ikan punah yang selanjutnya
akan tumbuh organism anaerob dengan hasil metabolismenya menyebabkan
bau/menurunkan estetika. Pupuk pertanian; pupuk buatan yang
terdiri dari elemen Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K) banyak
dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan. Pupuk tersebut sebagian terbuang
ke dalam perairan, maka dapat mempercepat tumbuhnya tanaman air, sampai menutup
permukaan air, sehingga mengurangi cahaya masuk, oksigen terlarut semakin
berkurang (anaerobic). Material tersuspensi; baik yang
padat maupun koloid menyebabkan air menjadi keruh dan menjadi lumpur, sehingga
kemudian akan mengurangi cahaya masuk. Pengaruh langsung ; terhadap kesehatan tergantung sekali pada
kualitas air, dan terjadi karena air berfungsi sebagai
penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air berubah karena kapasitas
air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui.
6)
Peran air dalam terjadinya penyakit menular
Peran air dalam terjadinya penyakit menular adalah sebagai
berikut : (1) sebagai penyebar mikroba pathogen, (2) sebagai sarang insekta
penyebar penyakit, (3) sebagai sarang hospes sementara penyakit, (4) jumlah air
yang tidak mencukupi untuk kebersihan setiap orang. Peran air sebagai penyebar
mikroba pathogen (penyakit) dinyatakan sebagi penyakit bawaan air.
7)
Air sebagai sarang insekta (vector) penyakit;
Air
yang tergenang dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit
(vector). Didalam tubuh insekta tersebut dapat mengandung berbagai jenis agent
penyakit, dimana insektanya dapat menderita penyakitnya atau tidak. Kedua
kemungkinan insekta tersebut dapat berperan sebagai vector. Beberapa jenis
insekta yang berperan sebagai vector dapat dilihat pada tabel berikut :
VEKTOR
|
PENYAKIT
|
AGENT
|
Culex
fatigans/pipiens
|
·
Encephalitis
·
Filariasis
|
ü Virus
encephalitis
ü Filaria
bancrofti/malayi
|
Aedes.aegypti
|
·
Dengue/Dengue Haemorrhagic fever
|
ü Virus
dengue
|
Anopheles
spp
|
·
Malaria
|
ü Plasmodium
|
8)
Air sebagai sarang hospes sementara
Schistosomiasis dan
Dracontiasis, merupakan jenis cacing yang memilih air sebagai hospes (tempat
hidup) sementara dari perkembangan hidupnya. Larva cacing Schistosomiasis masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit ke peredaran
darah (pembuluh darah balik) dan bersarang pada dinding usus atau kandung
kencing. Jenis cacing ini banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia, sedangkan
di Indonesia di danau Lindu (Sulawesi Tengah). Cacing Dracontiasis, tidak
ditemukan di peraiaran Indonesia dan bila ada penderitanya merupakan penyakit
impor dari Timur Tengah.
9)
Peran air dalam terjadinya penyakit tidak menular
Penyebab penyakit tidak menular yang dapat
disebarkan melalui air dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) zat2 kimia (Hg,
Cd, Co),dan (2) zat2 fisis. Gejala
keracunan air raksa (Hg), berupa sakit kepala,mudah lelah, lengan dan kaki
kebal, kesulitan menelan, penglihatan kabur, pendengaran berkurang dan bila
mengenai ibu hamil dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan
(penyakit Minamata). Bagi tubuh manusia, Cadmium (Cd) merupakan zat kimia yang
tidak dibutuhkan, sehingga dapat diabsorpsi dalam jumlah tidak terbatas, karena
tidak ada mekanisme tubuh yang membatasinya. Bila tubuh keracunan Cd, maka
terutama akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Cobalt (Co) dipergunakan seniman sebagai bahan
pewarna porselin atau gelas. Co dalam jumlah tertentu merupakan zat kimia
esensial bagi tubuh, yaitu bersama vitamin B12 berperan dalam pembentukan sel
darah merah. Bila konsentrasinya dalam tubuh mencapai 150 ppm, maka tubuh
mengalami keracunan, dengan gejala berupa gondok, gagal jantung pada anak2 dan
lain sebagainya
10)
Pemanfaatan Sumber Daya Air.
Air
merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, manusia selama hidupnya
selalu memerlukan air. Dengan demikian makin bertambah jumlah penduduk
semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air dan semakin bertambah pula
pengotoran terhadap badan-badan air. Sebagai akibatnya sumber air tawar dan air
bersih menjadi semakin langka, sehingga air sudah menjadi benda
ekonomis. Oleh karena itu pengelolaan
sumber daya air menjadi sangat penting. Pengelolaan sumber daya air ini
sebaiknya dilakukan secara terpadu baik dalam pemanfaatan maupun
dalam pengelolaan kualitas. Integrasi ini tidak saia terbatas pada
hidrosfir, tetapi juga dengan atmosfir, lithosfir, biosfir,
maupun sosiosfir. Penyediaan air minum.
Karena air merupakan kebutuhan utama masyarakat, dan air juga sebagai
media pembawa penyakit, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih (PAB)
bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air tersebut. Dengan demikian
diharapkan semakin banyak cakupan masyarakat menggunakan air bersih, maka
semakin turun morbiditas (angka kesakitan) penyakit bawaan air tersebut.
11) Kualitas air minum
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna,
tidak berasa, tidak
berbau, dan tidak mengandung kuman patogen maupun segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Disamping
itu air juga tidak
korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Atas dasar inilah dibuat suatu standar air mtnum yaitu suatu peraturan yang memberi
petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di
dalam air minurn. Standar,
air minum harus memenuhi empat parameter yaitu : (1) parameter fisis, (2) parameter kimiawi, (3)parameter biologis, dan (4)parameter radiologis. Di Indonesia standar air minum telah mengalami beberapa
kali perbaikan, yang dimulai dibuat pada tahun 1975, tahun 1990 dan terakhir tahun
2002.
13) Parameter standar air minum
Parameter fisis ; meliputi bau, jumlah zat padat terlarut ( Total Dissolved Solids/TDS),
kekeruhan, rasa, suhu dan warna. Parameter kimiawi; dikelompokkan menjadi kimia anorganik
(air raksa, aluminium, arsen, barium, besi, fluorida, cadmium, tembaga, khlorida, khromium,
cadmium, mangan, natritim, nitrat, nitrit, perak, selenium, seng, sianida, sulfat, sulfida, timbal) dan
kimia organik (aldrin, dieldrin, benzena, benzo a pyrene, chlordane, chloroform, 2.4 D, DDT, detergen,
dichloroetane,
heptachioor, gamma hexachloro benzena, methoxychlor, pentachiorbphenol, trichloropenol, zat organik), PH air
minum sebaiknya netral. Parameter biologis yang dicantumkan dalam parameter
bmikrobiologis adalah Koliform tinja dan
total Koliform, merupakan indicator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa
parasit (protozoa, metazoa, tungau), bakteri pathogen dan virus Parameter
radiologi;
meliputi sinar
alfa, beta dan gamma. Perbedaan ketiga macam sinar
radioaktif tersebut terletak pada kemampuan menembus tubuh.
Sinar alpha sulit menembus kulit, sehingga efek yang
terjadi bersifat local, tetapi bila tertelan lewat minuman, dapat merusak sel2
saluran pencernaan. Sinar beta, merupakan electron, sehingga dapat menembus
kulit dengan kedalaman tergantung aktifitasnya, sehingga yang terjadi bisa
lebih luas lagi. Sinar gamma (sinar X), menembus tubuh lebih dalam lagi,
dipergunakan untuk diagnostik (sinar Rontgen) maupun pengobatan untuk mematikan
sel2 kanker. Namun demikian dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan kanker
darah dan cacat bawaan pada janin didalam kandungan
14)
Pengendalian kualitas hidrosfir
Jumlah (volume) air di bumi relative tidak berubah
(siklus hidrologi), tetapi dengan meningkatnya pemanfaatan air, maka
kualitasnya yang dapat berubah. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga air
tetap berkualitas, yaitu : (1) penghematan dan konservasi, (2) minimisasi pengotoran dan
pencemaran, dan (3) maximisasi daur ulang dan pemanfaatan kembali. Sedangkan pengendalian kualitas
air meliputi : (1) standar desain, (2) standar
kinerja, dan (3) standar procedural.
Standar disain adalah standar yang menentukan jenis2 sistem yang dapat
digunakan, ukuran, karakteristik material dan peralatan yang dipakai. Misal ;
system penyaluran air limbah harus terpisah dengan air hujan, air permukaan
yang dipakai air minum harus harus diolah sebelum dimanfaatkan, air limbah
domestic harus melalui pengolahan tahap sekunder. Standar kinerja, terbagi
dalam tiga standar, yaitu : (1) standar stream/aliran, (2) standar efluen, dan
(3) standar penyisihan (removal). Standar stream untuk menunjukkan kualitas air
yang ingin dipertahankan. Standar efluen untuk menentukan batas2 zat2 apa yang
buang kedalam aliran air terbuka, sedangkan standar penyisihan untuk menentukan
prosentase suatu zat yang harus dihilangkan, missal menghilangkan 85% BOD dari
suatu air limbah.
15) Pencegahan penyakit
Untuk mencegah penyakit bawaan air dilakukan pengelolaan air
minum dan air buangan
secara terpadu, karena semakin banyak PAM akan semakin banyak pula air buangannya. Air buangan
adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya
mungkin baik. Oleh karena sifat buangannya berbeda, mak air buangan dibagi menjadi dua bagian yaitu :(1) air buangan industri dan (2) air
buangan domestik.
16) Penilaian kualitas hidrosfir
Dengan berlakunya baku mutu untuk badan air, air limbah, dan air minum, maka dapat
dilakukan penilaian kualitas hidrosfir untuk berbagai keperluan. Secara praktis untuk dapat
melakukan penilaian, diperlukan kemampuan memeriksa air, baik dilihat dari segi
fisis, kimiawi, biologis, maupun radiologis, yaitu (1) diperlukan prosedur standar untuk pemeriksaan
air, (2) diperlukan ahli dalam pemeriksaan air, dan (3) diperlukan laboratorium
beserta peralatannya. Hasil pemeriksaan ditertukan oleh : (1) pengambilan sampel air, (2) jenis sampel, dan (3)
frekuensi pengambilan sampel.
17) Peran wanita
Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan lingkungan air,
mereka yang sangat berkepentingan
dengan penyediaan air bersih dan sanitasi perlu diikutsertakan, yaitu kaum wanita. Mereka yang mengurus
ketersediaan minuman, makanan, air untuk mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Keberadaan
sumber air bersih yang dapat diterima masyarakat akan sangat membantu, mempermudah, dan mernperingan beban kehidupan
masyarakat pada umumnya dan kaum wanita
pada knususnya,
LINGKUNGAN TANAH ( LITOSFIR )
1)
Lingkungan Litosfir
Lingkungan litostlr adalah lingkungan semua bagian bumi yang padat, mulai
dari pusat bumi ( core ) sampai ke
permukaan. Pusat bumi ( core ) terdiri sebagian besar nikel dan hesi, berdiameter kurang
lebih 6900 km, bersuhu 3.000 - 4.OOO ⁰C,
dan mempunyai 'tekanan barometris sebesar 3,5 juta atmosfir. Sebelah
luar core terdapat lapisan yang terdiri dari besi dan
magnesium silikat, tebalnya sekitar
2.850 km, dan di sebelah luarnya lagi terdapat batuan yang terdiri dari silica magnesium dan silika alumina yang merupakan dasar
lautan dan daratan. Lapisan teratas/terluar dari
litosfir disebut dengan tanah ataupun lahan
mencakup 29% dari permukaan bumi. Sekalipun tanah merupakan
bagian kecil dari litosfir, tetapi sangat penting artinya bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat,
sebagai penunjang kehidupannya.
2)
Struktur litosfir
Sekalipun benda padat, tetapi struktur litosfir ber-ubah2
karena adanya gerakan lempengan2 bumi, aktivitas gunung api, cuaca, erosi
batuan, pengendapan flora dan fauna yang mati, pelapukan dan lain2nya. Berdasarkan
strukturnya litosfir merupakan reservoir mineral, air, zat hara bagi tumbuhan, dan sobagainya. Kesemuanya itu
sangat berpengaruh terhadap perkembangan budaya manusia.
3)
Tanah
Merupakan merupakan bagian yang paling tipis dari seluruh
lapisan bumi, tetapi pengaruhnya terhadap kehidupan sangat besar. Tanah terdiri
dari berbagai lapisan yang disebut horizon, yaitu (1) horizon A (top soil), (2)
horizon B (sub soil), (3) horizon C, yang merupakanhasil pelapukan batuan dan
(4) bedrock ( batuan-batuan).
4)
Pengaruh litosfir terhadap kesehatan
Pengaruh litosfir terhadap kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung litosfir dapat mempengaruhi kesehatan, karena mengandung berbagai
zat fisis, kimia, dan biologis yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dalam bentuk
penyakit bawaan tanah (soil borne diseases) sedangkan tidak langsung akibat dari
pemanfaatan lahan khususnya,
kesehatan lingkungan kelembagaan, persampahan, kesehatan lingkungan kerja, dan radiologis.
5)
Pengaruh langsung
Berupa penyakit bawaan tanah (soil borne diseases), yang
dapat berupa penyakit menular (bakteri, jamur, cacing) maupun penyakit tidak
menular (zat2 kimia) dan nama penyakit dan penyebabnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel nama penyakit menular bawaan tanah dan penyebab
penyakit
Nama penyakit
|
Penyebab/Agent
|
Penyakit menular
§
Tetanus
§
Antrax
§
Histoplasmosis
§
Aspergillosis
§
Oxyruriasis
§
Ancylostomiasis
|
Bakteri : Clostridium tetani
Bakteri : Bacillus anthracis
Jamur : Histoplasma capsulatum
Jamur : Aspergillus
Cacing : Enterobius
vermicularis
Cacing : Ancylostoma duodenale
|
Penyakit tidak menular
§
Itai-itai Byo
§
Fluorosis
|
Zat kimia : Cadmium (Cd)
Zat kimia : Fluor (Fl)
|
6)
Pengaruh tidak langsung
Pengaruh tidak langsung, terjadi sebagai akibat
pemanfaatan lahan yang dipergunakan untuk aktivitas/kegiatan manusia. Adapun
tata guna lahan dapat dikelompokkan, yaitu : (1) Untuk kelembagaan/institusi
(pemukiman, pendidikan & latihan, Rumah Sakit, Industri, perhotelan dan
angkutan darat), (2) Untuk pembuangan limbah padat (persampahan), (3) Untuk
radioaktivitas (penelitian, diagnostic/pengobatan) Usaha kesehatan lingkungan institusi/kelembagaan, populasi, bangunan dan fungsinya
perlu diperhatikan. Misalnya kualitas dan pemeliharaan bangunan pemukiman, lembaga pendidikan dan latihan, limbah rumah sakit, kelaikan angkutan, peralatan hotel dan
motel dan lain sebagainya
7)
Persampahan
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki
oleh yang punya. Berdasarkan atas sifat2 biologis dan kimianya, maka sampah dibedakan
menjadi empat, yaitu : (1) Sampah yang dapat membusuk (garbage) : sisa2 makanan, daun dsnya (2) sampah yang tidak dapat/sulit
membusuk (refuse) : kertas, plastic,gelas,
logam (3) sampah
yang berupa debu/abu dan (4) sampah yang berbahaya, mengandung zat kimia atau
fisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas maupun kualitas sampah,
yaitu : (1) jumlah penduduk, pengelolaan sampah berpacu
dengan laju pertambahan penduduk (2) keadaan sosial ekonbmi, semakin maju
sosek masyarakat , maka selain jumlah sampah per kapita bertambah juga kualitas
sampah yang tidak mudah membusuk semakin bertambah dan (3) kemajuan teknologi, menjadikan pemakaian bahan baku dan cara pengepakan semakin beragam.
8)
Pengaruh sampah terhadap kesehatan
Dapat dikelompokkan menjdi efek yang langsung maupun tidak
langsung. Efek langsung
adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut,
misalnya sampah beracun, karsinogenik (penyebab kanker), teratogenik
(mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan) dan sampah yang mengandung kuman
pathogen. Sedangkan efek yang tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat
proses pembusukan,
pembakaran, dan pembuangan sampah. Terjadi dekomposisi secara aerobic,
fakultatif sampai anaerobic bila oksigen telah habis, sehingga menghasilkan
cairan yang disebut leachate (
mengandung zat kimia : Ca, Mg, Na, K, Fe, Cl, SO4, Zn, CO2, NH3, H2S) yang
berbahaya bagi tubuh. Efek tidak langsung lainnya (penyakit bawaan sampah) adalah berupa sumber penyakit menular
(dysentri, cholera,typhus abdominalis, ascariasis) maupun tidak menular (keracunan
logam berat, CO,H2S) yang dapat disebarkan oleh vektor (lalat, kecoa,tikus).
9)
Tehnik Pengelolaan dan pengolahan Sampah
Beberapa pendekatan dan teknologi pengelolaan dan
pengolahan sampah yang dapat dilaksanakan antara lain : (1) Komposting,
terutama untuk jenis garbage, merupakan
proses dekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir yang
cukup stabil (mengandung C,N,P,K yang tinggi dan koliform yang rendah) untuk
digunakan pada pertanian, tanpa pengaruh yang merugikan, (2) Incenerasi
(pembakaran) : untuk jenis refuse, (3) Proses lainnya, seperti untuk pembuatan
kerajinan, dan lainsebaginya. Namun demikian beberapa tehnik pengolahan sampah
tersebut sering mengalami kegagalan. Oleh karena itu dibutuhkan paradigm lain
yang disebut “clean production” (produksi bersih), yang berupa prinsip2 pengelolaan
sampah dalam keseharian, yaitu : prinsip 4 R; (1) Reduce (mengurangi), yaitu
meminimalisasi barang atau material yang dipergunakan, (2) Re-use (memakai
kembali), yaitu memilih barang yang bisa dipakai kembali dan menghindari
pemakaian barang yang disposable (sekali pakai), (3) Recycle (mendaur ulang),
sedapat mungkin barang2 yang sudah tidak berguna, bisa didaur ulang
(plastic,kaca, logam, dsbnya), (4) Replace (mengganti), yaitu mengganti barang2
yang dipakai se-hari2 dengan barang yang lebih tahan lama.
LINGKUNGAN FLORA DAN FAUNA (BIOSFIR)
1)
Biosfir (Ekosfir)
Biosfir, adalah lingkungan yang
terdiri atas flora dan fauna, terkecuali manusia. Batas biosfir ditentukan
sampai pada batas dimana tidak lagi terdapat benda hidup, yaitu kira2 5 mil
diatas permukaan laut dan beberapa mil kedalam laut. Kumpulan berbagai populasi
tumbuhan atau hewan di suatu daerah tertentu disebut komunitas dan interaksi
antar organism yang ada didalamnya dengan lingkungannya disebut ekosistem.
Seluruh ekosistem didunia ini berhubungan satu dengan lainnya, membentuk ekosfir.
Stabilitas suatu ekosistem dapat dipertahankan melalui tiga mekanisme yaitu :
(1) mengendalikan laju aliran energy yang melalui ekosistem, (2) mengendalikan
laju siklus kimia/materi di dalam ekosistem, (3) memelihara diversitas ( jumlah
spesies dibanding jumlah organism yang ditemukan) biota dan hubungan rantai
makanan.
2)
Kekayaan alam Indonesia
Indonesia adalah Negara yang kaya
akan berbagai jenis fauna dan flora. Sekitar 17% dari species biota dunia ada di
Indonesia. Sebanyak 11% dari tumbuh2an berbunga, 12% mamalia, 15% amphibi dan
reptilian, 37% ikan dan 10% mikroorganisme dunia ada di Indonesia. Demikian
pula flora yang telah dimanfaatkan, terdapat 360 jenis sayuran, 70 jenis
umbi2an, 60 jenis tanaman penyegar, 50 jenis tanaman rempah dan 940 jenis
tanaman obat2an
3)
Pengaruh Bisfir terhadap kesehatan
Pengaruh biosfir terhadap kesehatan
dapat terjadi secara tidak langsung dan secara langsung. Elemen biosfir dapat
sebagai sumber daya hayati yang secara tidak
langsung dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. Misalnya : sebagai
bahan baku sandang, pangan, papan/perumahan, industry, obat2an dan lain2nya. Semakin
sejahtera manusia/masyarakat, diharapkan semakin meningkat derajat kesehatannya. Sedangkan pengaruh langsung terhadap
kesehatan oleh karena : (1) biosfir
sebagai sumber energi bagi manusia, sering menjadi sumber permasalahan, seperti
jumlah produksinya, distribusi yang tidak merata diantaranya, sehingga ada
daerah/Negara kelebihan pasokan pangan, sementara daerah lain kekurangan
pangan, (2) diantara elemen biosfir yang secara langsung membahayakan kesehatan
secara fisik, misalnya harimau, beruang, ular dan lain sebaginya,(3) ada elemen
biosfir sebagai mikroorganisme yang pathogen (bakteri, virus, rikettsia,
protozoa, fungi dan metazoa), (4) berperan sebagai vektor (memindahkan bibit
penyakit), seperti nyamuk, kecoa, lalat, tikus), baik berupa vektor biologis
(nyamuk : Aedes agypti, Anopheles, tikus) maupun vektor mekanis (kecoa, lalat).
Makanan selain bermanfaat bagi manusia, tetapi juga sangat baik untuk
pertumbuhan mikroba yang pathogen. Gangguan kesehatan yang terjadi akibat
makanan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) Keracunan makanan, (2)
Penyakit bawaan makanan.
4)
Keracunan makanan
Adalah keadaan yang menimbulkan
gangguan pencernaan atau gangguan tubuh lainnya (syaraf, ginjal) secara
mendadak, yaitu dalam waktu 2-40 jam setelah makan. Keracunan makanan bisa
terjadi sebagai akibat racun asli tanaman atau hewan atau racun akibat
makanan/minuman terkontaminasi mikroba atau zat kimia. Tanaman yang beracun
mengandung HCN, asam oxalate dan fluor organic adalah singkong gendruwo,
caladium, dieffenbachia,
poinsettia/kastuba dan philodendron. Jamur pembentuk mycotoxin, seperti
aspergellus flavus, penicillium, fusarium. Algae : pyrrophyceae, cyanophyceae, chrysophyceae. Jenis hewan :
dinoflagelata, anemones, starfish, sea eucumber (Invertebrata), balloon fishes,
fugu fishes, hati hiu (vertebrata) dan mammalia ( polar bear, hati anjing,
singa laut)
5)
Penyakit Bawaan Makanan
Penyakit bawaan makanan adalah suatu
penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan suatu makanan yang
terkontaminasi mikroba pathogen (kecuali keracunan makanan) . Dengan demikian pada
hakekatnya penyakit bawaan makanan tidak dapat dipisahkan secara nyata dari
penyakit bawaan air. Contoh penyakit bawaan makanan ; (1) virus : diare,
hepatitis A, (2) bakteri : cholera, dysentri basiler, typhus abdominalis, TBC
usus, (3) protozoa : dysentri amoeba, (3) metazoan (cacing) : ascaris,
oxyurasis, trichinosis, trichuriasis, ancylostomiasis, taeniasis, dan
lain-lainnya. Makanan yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain : tangan kotor, alat2 makan kotor, makanan mentah dan matang
disimpan bersama, sayuran/buah2an terkontaminasi, pengolah makanan penderita
sakit dan lain2nya.
6)
Hewan sebagai vektor penyakit
Vektor panyakit adalah hewan
(serangga) hidup yang tergolong arthropoda yang berperan sebagai penyebar
penyakit. Arthropoda adalah hewan yang seluruh badannya beruas-ruas yang
dihubungkan dengan sendi membentuk kaki,perut, dada dan kepala dan seluruh
badannya diliputi zat khitin. Hewan arthropoda memiliki 6 kelas dan 4 kelas
diantaranya penting bagi kesehatan, yaitu : arachnida, crustacean, pentasomida
dan hexapoda. Contoh vektor hexapoda
antara lain : (1) nyamuk : Culex, anopheles dan aedes (2) lalat : genus musca,
(3) kutu :pedicullus, phthirus, (4) pinjal :xenopsylla, ctenocephallus, (5)
tungau. Penyakit bawaan vektor yang penting diantaranya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Nama
penyakit
|
Agent
|
Vektor
|
Malaria
Dengue Haemorrhagic
Fever
Filariasis
Cholera
Dysentri
Typhus Abdominalis
Pest
Cacing pita
|
Plasmodium malariae
Virus DHF
Filariaria bancrofti
Vibrio cholera
Shigella
Salmonella typhy
Pasteurella pestis
Dipyllidium caninum
|
Anopheles sundaicus
Aedes agypti
Culex pipiens,C.fatigus
Musca domestica
Musca domestica
Musca domestica
Xenopsylla cheopis
Ct.canis
|
7)
Pengendalian vector
Ada beberapa cara pengendalian vector
yang bisa dilakukan, yaitu : (1) kimiawi, (2) biologis, (3) rekayasa, dan (4)
terpadu. Pengendalian vektor secara kimiawi, sudah dikenal sejak lama,
yaitu dari penggunaan DDT yang bersifat persisten (tidak dipergunakan lagi)
sampai penggunaan insektisida yang mudah terurai. Kelemahan cara kimiawi, sering terjadi resistensi vector, biaya mahal dan bertambah banyaknya sarang2
nyamuk/ insekta baru akibat pertumbuhan
penduduk yang cepat. Pengendalian cara kimia dilakukan sebagai penunjang
pengendalian cara rekayasa, yaitu apabila terdapat kejadian luar biasa (KLB)
atau pada daerah dengan tingkat insekta yang tinggi. Pengendalian vektor secara biologis, dilakukan
dengan dua cara, yaitu : (1) memelihara musuh alaminya (pemangsa), (2)
mengurangi fertilitas (kesuburan) insekta, dilakukan dengan me radiasi insekta
janin sehingga steril, kemudian menyebarkannya diantara insekta betina ( mahal
dan tidak efisien). Pengendalian vektor secara rekayasa, pengendalian dengan cara
ini, ditujukan untuk mengurangi sarang insekta (breeding places) dengan
melakukan manipulasi (meningkatkan salinitas air) dan modifikasi lingkungan
dengan cara memperbaiki kualitas lingkungan (penimbunan genangan air,
pengeringan, perbaikan tempat pembuangan sampah sementara/akhir (TPS/TPA). Pengendalian
vektor secara terpadu, strategi ini dilaksanakan atas dasar ekologi
vector, sehingga dapat diketahui karakteristik habitat, usia hidup, probabilitas
(kemungkinan) terjadi infeksi pada vector dan manusia. Bentuk kegiatan
pengendalian secara terpadu adalah dengan meningkatkan partisipasi masyarakat,
kerjasama lintas sektoral mapun program dan lain sebaginya.
LINGKUNGAN INTERAKSI ANTAR MANUSIA
(SOSIOSFIR)
1)
Sosiosfir dan kesehatan
Sosiosfir adalah lingkungan yang
tercipta akibat terjadinya interaksi antar manusia secara nalar (rasional),
yang menyebabkan tersalurkannya budaya dari orang ke orang atau dari generasi
ke generasi berikutnya. Atas dasar tersebut masyarakat menentukan berbagai
nilai/ norma sebagai pegangaan/ acuan untuk bersosialisasi. Lingkungan social
merupakan lingkungan yang paling penting dalam menentukan kesehatan lingkungan.
Seperti diketahui, kejadian penyakit disebabkan oleh unsur fisis, kimiawi dan
biologi, tetapi unsur2 tersebut keberadaannya ditentukan oleh perilaku
manusianya. Dengan demikian, apabila ada manusia sakit/ terganggu kesehatannya,
berarti bahwa perilaku dan dan budaya manusia/ masyarakatnya yang “mengizinkan”
ia menjadi sakit. Sehingga kejadian penyakit di masyarakat dapat
digunakan untuk menilai taraf perilaku dan budaya masyarakatnya.
2)
Demografi dan kesehatan lingkungan
Demografi adalah ilmu yang
mempelajari statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi dan
perubahan2nya sepanjang masa. Ada lima komponen demografi, yaitu : (1)
kelahiran (fertilitas), (2) kematian (mortalitas), (3) perkawinan, (4) migrasi
dan (5) mobilitas social. Juga dipelajari, jumlah penduduk dan distribusinya
menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan laju pertambahan
penduduk.
3)
Parameter sosiosfir
Parameter yang
dipergunakan untuk mengukur kualitas masyarakat antara lain adalah : (1) Crude
Birth Rate (CBR), adalah
angka kelahiran kasar, (2) Infant Mortality Rate (IMR), adalah angka kematian
bayi (AKB), (3) Taraf pendidikan; Angka Melek Huruf (AMH), Rata2 Lama Sekolah
(RLS), (4) Produk Domestik Bruto (PDB), (5) Produk Nasional Bruto (PNB), (6)
Beban Tanggungan (dependency ratio). Parameter tersebut masing2 dapat memberi
gambaran indikasi kualitas suatu keadaan, misalnya CDR member informasi akan
pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit, gizi dan sebagainya. Sedangkan IMR
mengindikasikan kualitas lingkungan tempat tinggal bayi, air bersih, sanitasi,
gizi, kesejahteraan ibu dan lain2nya. Semakin tinggi CDR dan IMR, maka semakin
rendah angka harapan hidup (AHH) masyarakat dan sebaliknya. Oleh karena itu
perlu berbagai upaya untuk menekan/menurunkan CBR dan IMR tersebut
4)
Penyakit Bawaan Sosiosfir
Lingkungan sosial (Sosiofir) sangat
berpengaruh terhadap penularan, penyebaran dan “pelestarian” agent
didalam lingkungan, akibat dari perilaku masyarakat. Penyakit menular dapat
terjadi : (1) secara langsung dari orang ke orang, antara lain : penyakit
kelamin, penyakit kulit, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan dan lain2nya,
(2) melalui media air, udara, tanah, makanan dan vektor. Sedangkan budaya atau
gaya hidup sering dikaitkan dengan kejadian penyakit tidak menular, seperti
penyakit jantung, hypertensi, Diabetes Mellitus, Hypercholesterolemia, kanker
dan lain2nya.
5)
Pengelolaan Sosiosfir
Lingkungan sosial perlu dikelola
dengan pendekatan2 antara lain : (1) pedekatan administratif, (2) pendidikan
formal dan tidak formal, (3) pelayanan, (4) integrasi. Pendekatan
administrative, berupa Undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah,
surat edaran yang jelas dan lain2nya, sehingga masyarakat mengerti dan
mendukungya. Pendidikan masyarakat baik yang formal maupun tidak formal penting
dilakukan dengan tujuan memberi pemahaman dan mengubah perilaku yang tidak
sehat menjadi perilaku sehat. Selain dari itu diperlukan juga pendekatan
penunjang, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan
sumber daya alam, misalnya penyediaan prasarana dan sarananya. Pendekatan yang paling efektif dan efisien adalah dengan
mengintegrasikan semua pendekatan tersebut secara komprehensif dan koordinatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar