Translate

Jumat, 21 Juni 2013

Kesehatan Lingkungan 2

LINGKUNGAN AIR ( HIDROSFIR )
1)      Lingkungan Air ( Hidrosfir )
          Sebagian besar (71%) permukaan bumi tertutup oleh air,  sehingga sangat berpengaruh terhadap iklim. Maka pada siang hari daratan lebih cepat menjadi panas, bila dibandingkan dengan lautan dan sebaliknya pada malam hari. Benda cair (lautan) lebih lambat menjadi panas, sedangkan benda padat (daratan) lebih cepat menjadi panas. Total jumlah air didunia (data 1985) sebanyak 1.362.000.000 Km kubik, distribusi terbanyak pada lautan (1.323.000.000 Km kubik) dan sisanya tersebar pada sungai, danau, air tanah dan lain sebagainya. Jumlah air yang ada di bumi relative konstan, karena terjadi siklus hidrologi. Air mengalami penguapan, pada lautan, sungai, danau dsbnya terjadi proses evaporasi, air yang terdapat pada tanaman/tumbuhan   (transpirasi), pada manusia dan hewan terjadi respirasi. Ke tiga proses penguapan tersebut memasuki atmosfir dan berkumpul terbawa angin pada suatu tempat, menjadi awan (proses presipitasi) yang pada waktunya jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan. Hujan yang jatuh ke daratan akan mengalami pengaliran langsung (surface run off) sebagai air permukaan,  sebagian meresap kedalam tanah (perkolasi) sebagai air tanah dangkal maupun dalam (artesis). Sedangkan yang diterima tumbuhan akan diserap (infiltrasi). Seluruh peristiwa tersebut terus kembali berulang sepanjang masa sebagai proses alami.
2)      Sumber-sumber air  
Sumber2 air yang bisa dipergunakan untuk aktifitas manusia :
a.      air permukaan (air sungai dan danau)’
b.      air tanah (air tanah dangkal dan dalam), dan
c.       air angkasa (air air hujan). Kualitas sumber air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam dan aktifitas manusia yang ada disekitarnya. Air permukaan dapat mengandung banyak zat organik  yang mudah terurai yang merupakan makanan bagi bakteri. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dari segi mikrobiologi, tetapi kadar zat kimianya tergantung formasi tanah yang dilalui pada waktu proses perkolasi
3)      Sifat-sifat Air
Air merupakan satu-satunya zat yang berada dalam 3 fasenya di bumi, yaitu fase padat (es), fase cair dan fase gas (udara). Bila fase padat berubah menjadi fase cair, maka volumenya akan bertambah. Adapun sifat-sifat air yang penting digolongkan dalam sifat fisis, kimia dan biologis. Secara fisis, air didapatl:an dalam bentuk es, cair, dan bentuk gas. Secara fisis, bentuk tersebut tergantung pada cuaca setempat. Kepadatan (density) air juga tergantung pada temperatur dan tekanan barometris. Pada tekanan satu atmosfir (atm), air mendidih pada 100 ⁰C, karena tekanan uap (PV) di daerah tinggi lebih rendah dari satu atm, maka air akan mendidih pada tem­peratur yang lebih rendah dari 1000C, sehingga air dapat mendidih pada temperatur yang berbeda tergantung pada ketinggian tempat. Hal ini penting dalam penyuluhan pemanfaa­tan air bersih.
Secara kimiawi, air bersih mempunyai pH = 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9 mg/1. Air merupakan pelarut yang universal dan air juga merupakan cairan biologis, karena terdapat didalam tubuh semua organism. Secara biologis, dalam perairan selalu didapat kehidupan fauna dan flora, henda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas air.
4)      Manusia dan air
        Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan. Air terdapat diseluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83 %. Kehilangan air sampai 15 % dari berat badan dapat menga­kibatkan kematian, karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1.5 -2,0 liter air sehari, kekurangan air dapat mengakibatkan batu pada ginjal dan kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh. Banyaknya aktifitas manusia dalam kehidupan yang memer­lukan air. maka akan permasalahan kompetisi akan air, baik untuk kebutuhan akan air minum, industri, ataupun irigasi, sehingga perlu pengaturan yang jelas agar pemanfaatan sumber daya air dapat dikendalikan dengan baik.  Kompetisi ini dapat terjadi didasarkan atas jumlah (kuantitas) air yang terse­dia, fasilitas air dan pemanfaatan air yang dapat mengubah kualitas air. Berdasarkan UU NKRI, Nomor 11 Tahun 1974 dan PP Nomor 22 Tahun 1982 mengatur tentang pemanfaatan air beserta sumbernya, yang diprioritaskan bagi keperluan air minum, rumah tangga, pertahanan-keamanan, peribada­tan, dan keperluan sosial, sedangkan irigasi, industri, ketenagaan, pertambangan, dan sebagainya termasuk prioritas berikutnya. Dalam kenyataannya sektor pertanian merupa­kan pengguna air terbesar.
5)      Pengaruh air terhadap kesehatan
Pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung, adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyara­kat. Air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, industri, irigasi, perikanan, pertanian, rekreasi, dan sebagainya dapat meningkatkan kesejahteraan masya­rakat, tetapi sebaliknya pengotoran badan air oleh berbagai zat kimia dapat menurunkan kesejahieraan masyarakat. misalnya (1) adanya zat-zat pengikat oksigen, (2) pupuk pertanian, (3) material tersuspensi, (4) ada zat-zat kimia penyebab masalah khusus, dan (5) buangan panas industri besar.       Zat pengikat oksigen; adalah zat kimia organik (Biochemical oxygen demand/BOD)  yang banyak dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai makanan sumber energy dalam pertumbuhannya. Apabila BOD semakin tinggi, maka oksigen terlarut akan habis (<3-5 mg/l), menyebabkan kehidupan ikan punah yang selanjutnya akan tumbuh organism anaerob dengan hasil metabolismenya menyebabkan bau/menurunkan estetika. Pupuk pertanian; pupuk buatan yang terdiri dari elemen Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K) banyak dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan. Pupuk tersebut sebagian terbuang ke dalam perairan, maka dapat mempercepat tumbuhnya tanaman air, sampai menutup permukaan air, sehingga mengurangi cahaya masuk, oksigen terlarut semakin berkurang (anaerobic). Material tersuspensi; baik yang padat maupun koloid menyebabkan air menjadi keruh dan menjadi lumpur, sehingga kemudian akan mengurangi cahaya masuk.  Pengaruh langsung ;  terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui.
6)   Peran air dalam terjadinya  penyakit menular
Peran air dalam terjadinya penyakit menular adalah sebagai berikut : (1) sebagai penyebar mikroba pathogen, (2) sebagai sarang insekta penyebar penyakit, (3) sebagai sarang hospes sementara penyakit, (4) jumlah air yang tidak mencukupi untuk kebersihan setiap orang. Peran air sebagai penyebar mikroba pathogen (penyakit) dinyatakan sebagi penyakit bawaan air.
7)   Air sebagai sarang insekta (vector) penyakit;
Air yang tergenang dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit (vector). Didalam tubuh insekta tersebut dapat mengandung berbagai jenis agent penyakit, dimana insektanya dapat menderita penyakitnya atau tidak. Kedua kemungkinan insekta tersebut dapat berperan sebagai vector. Beberapa jenis insekta yang berperan sebagai vector dapat dilihat pada tabel berikut :

VEKTOR
PENYAKIT
AGENT

Culex fatigans/pipiens


·      Encephalitis
·      Filariasis

ü Virus encephalitis
ü Filaria bancrofti/malayi

Aedes.aegypti


·      Dengue/Dengue Haemorrhagic fever

ü Virus dengue

Anopheles spp


·      Malaria

ü Plasmodium

8)   Air sebagai sarang hospes sementara
Schistosomiasis dan Dracontiasis, merupakan jenis cacing yang memilih air sebagai hospes (tempat hidup) sementara dari perkembangan hidupnya. Larva cacing  Schistosomiasis  masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit ke peredaran darah (pembuluh darah balik) dan bersarang pada dinding usus atau kandung kencing. Jenis cacing ini banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia, sedangkan di Indonesia di danau Lindu (Sulawesi Tengah). Cacing Dracontiasis, tidak ditemukan di peraiaran Indonesia dan bila ada penderitanya merupakan penyakit impor dari Timur Tengah.   
9)     Peran air dalam terjadinya  penyakit  tidak menular
Penyebab penyakit tidak menular yang dapat disebarkan melalui air dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) zat2 kimia (Hg, Cd, Co),dan (2) zat2 fisis.  Gejala keracunan air raksa (Hg), berupa sakit kepala,mudah lelah, lengan dan kaki kebal, kesulitan menelan, penglihatan kabur, pendengaran berkurang dan bila mengenai ibu hamil dapat menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan (penyakit Minamata). Bagi tubuh manusia, Cadmium (Cd) merupakan zat kimia yang tidak dibutuhkan, sehingga dapat diabsorpsi dalam jumlah tidak terbatas, karena tidak ada mekanisme tubuh yang membatasinya. Bila tubuh keracunan Cd, maka terutama akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal.  Cobalt (Co) dipergunakan seniman sebagai bahan pewarna porselin atau gelas. Co dalam jumlah tertentu merupakan zat kimia esensial bagi tubuh, yaitu bersama vitamin B12 berperan dalam pembentukan sel darah merah. Bila konsentrasinya dalam tubuh mencapai 150 ppm, maka tubuh mengalami keracunan, dengan gejala berupa gondok, gagal jantung pada anak2 dan lain sebagainya   
10)  Pemanfaatan Sumber Daya Air.
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian makin bertambah jumlah penduduk semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air dan semakin bertambah pula pengotoran terhadap badan-badan air. Sebagai akibatnya sumber air tawar dan air bersih menjadi semakin langka, sehingga air sudah menjadi benda ekonomis. Oleh karena itu  pengelo­laan sumber daya air menjadi sangat penting. Pengelolaan sumber daya air ini sebaiknya dilakukan secara terpadu baik dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kualitas. Integrasi ini tidak saia terbatas pada hidrosfir, tetapi juga dengan atmosfir, lithosfir, biosfir, maupun sosiosfir. Penyediaan air minum. Karena air merupakan kebutuhan utama masyarakat, dan air juga sebagai media pembawa penyakit, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih (PAB) bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air tersebut. Dengan demikian diharapkan semakin banyak cakupan masyarakat menggunakan air bersih, maka semakin turun morbiditas (angka kesakitan) penyakit bawaan air tersebut.

11)  Kualitas air minum
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak bera­sa, tidak berbau, dan tidak mengandung kuman patogen maupun  segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Disamping itu air juga tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Atas dasar inilah dibuat suatu standar air mtnum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minurn. Standar, air minum harus memenuhi empat parameter yaitu : (1) parameter fisis, (2) parameter kimiawi, (3)parameter biologis, dan (4)parameter radiologis. Di Indonesia standar air minum telah mengalami beberapa kali perbaikan, yang dimulai dibuat pada tahun 1975, tahun 1990 dan terakhir tahun 2002.

13)  Parameter standar air minum
Parameter fisis ; meliputi bau, jumlah zat padat terlarut ( Total Dissolved Solids/TDS), kekeruhan, rasa, suhu dan warna. Parameter kimia­wi; dikelompokkan menjadi kimia anorganik (air raksa, aluminium, arsen, barium, besi, fluorida, cadmi­um, tembaga, khlorida, khromium, cadmium, mangan, natritim, nitrat, nitrit, perak,  selenium, seng, sianida, sulfat, sulfida, timbal) dan kimia organik (aldrin, diel­drin, benzena, benzo a pyrene, chlordane, chloroform, 2.4 D, DDT, detergen, dichloro­etane, heptachioor, gamma hexachloro benzena, methoxychlor, pentachiorbphenol, tri­chloropenol, zat organik), PH air minum sebaiknya netral.  Parameter biologis yang dicantumkan dalam parameter bmikrobiologis adalah  Koliform tinja dan total Koliform, merupakan indicator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa parasit (protozoa, metazoa, tungau), bakteri pathogen dan virus Parameter radiologi; meliputi sinar alfa,  beta dan gamma. Perbedaan ketiga macam sinar radioaktif tersebut terletak pada kemampuan menembus tubuh.
Sinar alpha sulit menembus kulit, sehingga efek yang terjadi bersifat local, tetapi bila tertelan lewat minuman, dapat merusak sel2 saluran pencernaan. Sinar beta, merupakan electron, sehingga dapat menembus kulit dengan kedalaman tergantung aktifitasnya, sehingga yang terjadi bisa lebih luas lagi. Sinar gamma (sinar X), menembus tubuh lebih dalam lagi, dipergunakan untuk diagnostik (sinar Rontgen) maupun pengobatan untuk mematikan sel2 kanker. Namun demikian dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan kanker darah dan cacat bawaan pada janin didalam kandungan

14)  Pengendalian kualitas hidrosfir
Jumlah (volume) air di bumi relative tidak berubah (siklus hidrologi), tetapi dengan meningkatnya pemanfaatan air, maka kualitasnya yang dapat berubah. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga air tetap berkualitas, yaitu : (1) penghematan dan konservasi, (2) minimisasi pengotoran dan pencemaran, dan (3) maximisasi daur ulang dan pemanfaatan kembali. Sedangkan pengendalian kualitas air meliputi : (1) standar desain, (2) standar kinerja, dan (3) standar procedural. Standar disain adalah standar yang menentukan jenis2 sistem yang dapat digunakan, ukuran, karakteristik material dan peralatan yang dipakai. Misal ; system penyaluran air limbah harus terpisah dengan air hujan, air permukaan yang dipakai air minum harus harus diolah sebelum dimanfaatkan, air limbah domestic harus melalui pengolahan tahap sekunder. Standar kinerja, terbagi dalam tiga standar, yaitu : (1) standar stream/aliran, (2) standar efluen, dan (3) standar penyisihan (removal). Standar stream untuk menunjukkan kualitas air yang ingin dipertahankan. Standar efluen untuk menentukan batas2 zat2 apa yang buang kedalam aliran air terbuka, sedangkan standar penyisihan untuk menentukan prosentase suatu zat yang harus dihilangkan, missal menghilangkan 85% BOD dari suatu air limbah.

15)  Pencegahan penyakit
Untuk mencegah penyakit bawaan air dilakukan pengelolaan air minum dan air buangan secara terpadu, karena semakin banyak PAM akan semakin banyak pula air buangannya. Air buangan adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik. Oleh karena sifat buangannya berbeda, mak air buangan dibagi menjadi dua bagian yaitu :(1) air buangan industri dan (2) air buangan domestik.

16)  Penilaian kualitas hidrosfir
Dengan berlakunya baku mutu untuk badan air, air limbah, dan air minum, maka dapat dilakukan penilaian kualitas hidrosfir untuk berbagai keper­luan. Secara praktis untuk dapat melakukan penilaian, diperlukan kemampuan memeriksa air, baik dilihat dari segi fisis, kimiawi, biologis, maupun radiologis, yaitu (1) diperlukan prosedur standar untuk pemeriksaan air, (2) diperlukan ahli dalam pemeriksaan air, dan (3) diperlukan laboratorium beserta peralatannya. Hasil pemeriksaan ditertukan oleh : (1) pengambilan sampel air, (2) jenis sampel, dan (3) frekuensi pengambilan sampel.

17)  Peran wanita
Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan lingkungan air, mereka yang sangat berkepentingan dengan penyediaan air bersih dan sanitasi perlu diikutsertakan, yaitu kaum wanita. Mereka yang mengurus ketersediaan minuman, makanan, air untuk mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Keberadaan sumber air bersih yang dapat diterima masyarakat akan sangat membantu, mempermudah, dan mernperingan beban kehidupan masyarakat pada umumnya dan kaum wanita pada knususnya,

LINGKUNGAN TANAH ( LITOSFIR )


1)      Lingkungan Litosfir
Lingkungan litostlr adalah lingkungan semua bagian bumi yang padat, mulai dari pusat bumi ( core ) sampai ke permukaan. Pusat bumi ( core ) terdiri sebagian besar nikel dan hesi, berdiameter kurang lebih 6900 km, bersuhu 3.000 - 4.OOO ⁰C, dan mempunyai 'tekanan barometris sebesar 3,5 juta atmosfir. Sebelah luar core terdapat lapisan yang terdiri dari besi dan magnesium silikat, tebalnya sekitar 2.850 km, dan di sebelah luarnya lagi terdapat batuan yang terdiri dari silica magnesium dan silika alumina yang merupakan dasar lautan dan daratan. Lapisan teratas/terluar dari litosfir disebut dengan tanah ataupun lahan mencakup 29% dari permukaan bumi. Sekalipun tanah merupakan bagian kecil dari litosfir, tetapi sangat penting artinya bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kehidupannya.

2)      Struktur litosfir
Sekalipun benda padat, tetapi struktur litosfir ber-ubah2 karena adanya gerakan lempengan2 bumi, aktivitas gunung api, cuaca, erosi batuan, pengendapan flora dan fauna yang mati, pelapukan dan lain2nya. Berdasarkan strukturnya litosfir merupakan reservoir mineral, air, zat hara bagi tumbuhan, dan sobagainya. Kesemuanya itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan budaya manusia.

3)      Tanah
Merupakan merupakan bagian yang paling tipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi pengaruhnya terhadap kehidupan sangat besar. Tanah terdiri dari berbagai lapisan yang disebut horizon, yaitu (1) horizon A (top soil), (2) horizon B (sub soil), (3) horizon C, yang merupakanhasil pelapukan batuan dan (4) bedrock ( batuan-batuan).

4)      Pengaruh litosfir terhadap kesehatan
Pengaruh litosfir terhadap kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung litosfir dapat mempengaruhi keseha­tan, karena mengandung berbagai zat fisis, kimia, dan biologis yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dalam bentuk penyakit bawaan tanah (soil borne diseases) sedangkan tidak langsung akibat dari pemanfaatan lahan khu­susnya, kesehatan lingkungan kelembagaan, persampahan, kesehatan lingkungan kerja, dan radiologis.

5)      Pengaruh langsung
Berupa penyakit bawaan tanah (soil borne diseases), yang dapat berupa penyakit menular (bakteri, jamur, cacing) maupun penyakit tidak menular (zat2 kimia) dan nama penyakit dan penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel nama penyakit menular bawaan tanah dan penyebab penyakit

Nama penyakit
Penyebab/Agent
Penyakit menular
§  Tetanus
§  Antrax
§  Histoplasmosis
§  Aspergillosis
§  Oxyruriasis
§  Ancylostomiasis

Bakteri : Clostridium tetani
Bakteri : Bacillus anthracis
Jamur : Histoplasma capsulatum
Jamur : Aspergillus
Cacing : Enterobius vermicularis
Cacing : Ancylostoma duodenale
Penyakit tidak menular
§  Itai-itai Byo
§  Fluorosis

Zat kimia : Cadmium (Cd)
Zat kimia : Fluor (Fl)

6)      Pengaruh tidak langsung
Pengaruh tidak langsung, terjadi sebagai akibat pemanfaatan lahan yang dipergunakan untuk aktivitas/kegiatan manusia. Adapun tata guna lahan dapat dikelompokkan, yaitu : (1) Untuk kelembagaan/institusi (pemukiman, pendidikan & latihan, Rumah Sakit, Industri, perhotelan dan angkutan darat), (2) Untuk pembuangan limbah padat (persampahan), (3) Untuk radioaktivitas (penelitian, diagnostic/pengobatan)  Usaha kesehatan lingkungan institusi/kelembagaan, popu­lasi, bangunan dan fungsinya perlu diperhatikan. Misalnya kualitas dan pemeliharaan bangunan pemukiman, lembaga pendidikan dan latihan, limbah rumah sakit, kelaikan angkutan, peralatan hotel dan motel dan lain sebagainya

7)      Persampahan
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya. Berdasarkan atas sifat2 biologis dan kimianya, maka sampah dibedakan menjadi empat, yaitu : (1) Sampah yang dapat membusuk (garbage) : sisa2 makanan, daun dsnya (2) sampah yang tidak dapat/sulit membusuk (refuse) : kertas, plastic,gelas, logam (3) sampah yang berupa debu/abu dan (4) sampah yang berbahaya, mengandung zat kimia atau fisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas maupun kualitas sampah, yaitu : (1) jumlah penduduk, pengelolaan sampah berpacu dengan laju pertambahan penduduk  (2) keadaan sosial ekonbmi, semakin maju sosek masyarakat , maka selain jumlah sampah per kapita bertambah juga kualitas sampah yang tidak mudah membusuk semakin bertambah dan (3) kemajuan teknologi, menjadikan pemakaian bahan baku  dan cara pengepakan semakin beragam.

8)      Pengaruh sampah terhadap kesehatan
Dapat dikelompokkan menjdi efek yang langsung maupun tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, karsinogenik (penyebab kanker), teratogenik (mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan) dan sampah yang mengandung kuman pathogen. Sedangkan efek yang tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusu­kan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Terjadi dekomposisi secara aerobic, fakultatif sampai anaerobic bila oksigen telah habis, sehingga menghasilkan cairan yang disebut leachate ( mengandung zat kimia : Ca, Mg, Na, K, Fe, Cl, SO4, Zn, CO2, NH3, H2S) yang berbahaya bagi tubuh. Efek tidak langsung lainnya (penyakit bawaan sampah) adalah berupa sumber penyakit menular (dysentri, cholera,typhus abdominalis, ascariasis) maupun tidak menular (keracunan logam berat, CO,H2S) yang dapat disebarkan oleh vektor (lalat, kecoa,tikus).

9)      Tehnik Pengelolaan dan pengolahan Sampah
Beberapa pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengolahan sampah yang dapat dilaksanakan antara lain : (1) Komposting, terutama untuk jenis garbage,  merupakan proses dekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir yang cukup stabil (mengandung C,N,P,K yang tinggi dan koliform yang rendah) untuk digunakan pada pertanian, tanpa pengaruh yang merugikan, (2) Incenerasi (pembakaran) : untuk jenis refuse, (3) Proses lainnya, seperti untuk pembuatan kerajinan, dan lainsebaginya. Namun demikian beberapa tehnik pengolahan sampah tersebut sering mengalami kegagalan. Oleh karena itu dibutuhkan paradigm lain yang disebut “clean production” (produksi bersih), yang berupa prinsip2 pengelolaan sampah dalam keseharian, yaitu : prinsip 4 R; (1) Reduce (mengurangi), yaitu meminimalisasi barang atau material yang dipergunakan, (2) Re-use (memakai kembali), yaitu memilih barang yang bisa dipakai kembali dan menghindari pemakaian barang yang disposable (sekali pakai), (3) Recycle (mendaur ulang), sedapat mungkin barang2 yang sudah tidak berguna, bisa didaur ulang (plastic,kaca, logam, dsbnya), (4) Replace (mengganti), yaitu mengganti barang2 yang dipakai se-hari2 dengan barang yang lebih tahan lama.  

LINGKUNGAN FLORA DAN FAUNA (BIOSFIR)
1)      Biosfir (Ekosfir)
Biosfir, adalah lingkungan yang terdiri atas flora dan fauna, terkecuali manusia. Batas biosfir ditentukan sampai pada batas dimana tidak lagi terdapat benda hidup, yaitu kira2 5 mil diatas permukaan laut dan beberapa mil kedalam laut. Kumpulan berbagai populasi tumbuhan atau hewan di suatu daerah tertentu disebut komunitas dan interaksi antar organism yang ada didalamnya dengan lingkungannya disebut ekosistem. Seluruh ekosistem didunia ini berhubungan satu dengan lainnya, membentuk ekosfir. Stabilitas suatu ekosistem dapat dipertahankan melalui tiga mekanisme yaitu : (1) mengendalikan laju aliran energy yang melalui ekosistem, (2) mengendalikan laju siklus kimia/materi di dalam ekosistem, (3) memelihara diversitas ( jumlah spesies dibanding jumlah organism yang ditemukan) biota dan hubungan rantai makanan.
2)      Kekayaan alam Indonesia
Indonesia adalah Negara yang kaya akan berbagai jenis fauna dan flora. Sekitar 17% dari species biota dunia ada di Indonesia. Sebanyak 11% dari tumbuh2an berbunga, 12% mamalia, 15% amphibi dan reptilian, 37% ikan dan 10% mikroorganisme dunia ada di Indonesia. Demikian pula flora yang telah dimanfaatkan, terdapat 360 jenis sayuran, 70 jenis umbi2an, 60 jenis tanaman penyegar, 50 jenis tanaman rempah dan 940 jenis tanaman obat2an
3)      Pengaruh Bisfir terhadap kesehatan
Pengaruh biosfir terhadap kesehatan dapat terjadi secara tidak langsung dan secara langsung. Elemen biosfir dapat sebagai sumber daya hayati yang  secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. Misalnya : sebagai bahan baku sandang, pangan, papan/perumahan, industry, obat2an dan lain2nya. Semakin sejahtera manusia/masyarakat, diharapkan semakin meningkat derajat kesehatannya. Sedangkan pengaruh langsung terhadap kesehatan oleh karena : (1)  biosfir sebagai sumber energi bagi manusia, sering menjadi sumber permasalahan, seperti jumlah produksinya, distribusi yang tidak merata diantaranya, sehingga ada daerah/Negara kelebihan pasokan pangan, sementara daerah lain kekurangan pangan, (2) diantara elemen biosfir yang secara langsung membahayakan kesehatan secara fisik, misalnya harimau, beruang, ular dan lain sebaginya,(3) ada elemen biosfir sebagai mikroorganisme yang pathogen (bakteri, virus, rikettsia, protozoa, fungi dan metazoa), (4) berperan sebagai vektor (memindahkan bibit penyakit), seperti nyamuk, kecoa, lalat, tikus), baik berupa vektor biologis (nyamuk : Aedes agypti, Anopheles, tikus) maupun vektor mekanis (kecoa, lalat). Makanan selain bermanfaat bagi manusia, tetapi juga sangat baik untuk pertumbuhan mikroba yang pathogen. Gangguan kesehatan yang terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : (1) Keracunan makanan, (2) Penyakit bawaan makanan.
4)      Keracunan makanan
Adalah keadaan yang menimbulkan gangguan pencernaan atau gangguan tubuh lainnya (syaraf, ginjal) secara mendadak, yaitu dalam waktu 2-40 jam setelah makan. Keracunan makanan bisa terjadi sebagai akibat racun asli tanaman atau hewan atau racun akibat makanan/minuman terkontaminasi mikroba atau zat kimia. Tanaman yang beracun mengandung HCN, asam oxalate dan fluor organic adalah singkong gendruwo, caladium, dieffenbachia, poinsettia/kastuba dan philodendron. Jamur pembentuk mycotoxin, seperti aspergellus flavus, penicillium, fusarium. Algae : pyrrophyceae, cyanophyceae, chrysophyceae. Jenis hewan : dinoflagelata, anemones, starfish, sea eucumber (Invertebrata), balloon fishes, fugu fishes, hati hiu (vertebrata) dan mammalia ( polar bear, hati anjing, singa laut)

5)      Penyakit Bawaan Makanan
Penyakit bawaan makanan adalah suatu penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan suatu makanan yang terkontaminasi mikroba pathogen (kecuali keracunan makanan) . Dengan demikian pada hakekatnya penyakit bawaan makanan tidak dapat dipisahkan secara nyata dari penyakit bawaan air. Contoh penyakit bawaan makanan ; (1) virus : diare, hepatitis A, (2) bakteri : cholera, dysentri basiler, typhus abdominalis, TBC usus, (3) protozoa : dysentri amoeba, (3) metazoan (cacing) : ascaris, oxyurasis, trichinosis, trichuriasis, ancylostomiasis, taeniasis, dan lain-lainnya. Makanan yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : tangan kotor, alat2 makan kotor, makanan mentah dan matang disimpan bersama, sayuran/buah2an terkontaminasi, pengolah makanan penderita sakit dan lain2nya.
6)      Hewan sebagai vektor penyakit
Vektor panyakit adalah hewan (serangga) hidup yang tergolong arthropoda yang berperan sebagai penyebar penyakit. Arthropoda adalah hewan yang seluruh badannya beruas-ruas yang dihubungkan dengan sendi membentuk kaki,perut, dada dan kepala dan seluruh badannya diliputi zat khitin. Hewan arthropoda memiliki 6 kelas dan 4 kelas diantaranya penting bagi kesehatan, yaitu : arachnida, crustacean, pentasomida dan hexapoda. Contoh vektor hexapoda antara lain : (1) nyamuk : Culex, anopheles dan aedes (2) lalat : genus musca, (3) kutu :pedicullus, phthirus, (4) pinjal :xenopsylla, ctenocephallus, (5) tungau. Penyakit bawaan vektor yang penting diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut : 

Nama penyakit
Agent
Vektor
Malaria
Dengue Haemorrhagic Fever
Filariasis
Cholera
Dysentri
Typhus Abdominalis
Pest
Cacing pita
Plasmodium malariae
Virus DHF
Filariaria bancrofti
Vibrio cholera
Shigella
Salmonella typhy
Pasteurella pestis
Dipyllidium caninum
Anopheles sundaicus
Aedes agypti
Culex pipiens,C.fatigus
Musca domestica
Musca domestica
Musca domestica
Xenopsylla cheopis
Ct.canis

7)      Pengendalian vector
Ada beberapa cara pengendalian vector yang bisa dilakukan, yaitu : (1) kimiawi, (2) biologis, (3) rekayasa, dan (4) terpadu. Pengendalian vektor secara kimiawi, sudah dikenal sejak lama, yaitu dari penggunaan DDT yang bersifat persisten (tidak dipergunakan lagi) sampai penggunaan insektisida yang mudah terurai. Kelemahan cara kimiawi,  sering terjadi resistensi vector,  biaya mahal dan bertambah banyaknya sarang2 nyamuk/ insekta baru  akibat pertumbuhan penduduk yang cepat. Pengendalian cara kimia dilakukan sebagai penunjang pengendalian cara rekayasa, yaitu apabila terdapat kejadian luar biasa (KLB) atau pada daerah dengan tingkat insekta yang tinggi.  Pengendalian vektor secara biologis, dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) memelihara musuh alaminya (pemangsa), (2) mengurangi fertilitas (kesuburan) insekta, dilakukan dengan me radiasi insekta janin sehingga steril, kemudian menyebarkannya diantara insekta betina ( mahal dan tidak efisien). Pengendalian vektor secara rekayasa, pengendalian dengan cara ini, ditujukan untuk mengurangi sarang insekta (breeding places) dengan melakukan manipulasi (meningkatkan salinitas air) dan modifikasi lingkungan dengan cara memperbaiki kualitas lingkungan (penimbunan genangan air, pengeringan, perbaikan tempat pembuangan sampah sementara/akhir (TPS/TPA). Pengendalian vektor secara terpadu, strategi ini dilaksanakan atas dasar ekologi vector, sehingga dapat diketahui karakteristik habitat, usia hidup, probabilitas (kemungkinan) terjadi infeksi pada vector dan manusia. Bentuk kegiatan pengendalian secara terpadu adalah dengan meningkatkan partisipasi masyarakat, kerjasama lintas sektoral mapun program dan lain sebaginya.   


LINGKUNGAN INTERAKSI ANTAR MANUSIA (SOSIOSFIR)
1)      Sosiosfir dan kesehatan
Sosiosfir adalah lingkungan yang tercipta akibat terjadinya interaksi antar manusia secara nalar (rasional), yang menyebabkan tersalurkannya budaya dari orang ke orang atau dari generasi ke generasi berikutnya. Atas dasar tersebut masyarakat menentukan berbagai nilai/ norma sebagai pegangaan/ acuan untuk bersosialisasi. Lingkungan social merupakan lingkungan yang paling penting dalam menentukan kesehatan lingkungan. Seperti diketahui, kejadian penyakit disebabkan oleh unsur fisis, kimiawi dan biologi, tetapi unsur2 tersebut keberadaannya ditentukan oleh perilaku manusianya. Dengan demikian, apabila ada manusia sakit/ terganggu kesehatannya, berarti bahwa perilaku dan dan budaya manusia/ masyarakatnya yang “mengizinkan” ia menjadi sakit. Sehingga kejadian penyakit di masyarakat dapat digunakan untuk menilai taraf perilaku dan budaya masyarakatnya.
2)      Demografi dan kesehatan lingkungan
Demografi adalah ilmu yang mempelajari statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi dan perubahan2nya sepanjang masa. Ada lima komponen demografi, yaitu : (1) kelahiran (fertilitas), (2) kematian (mortalitas), (3) perkawinan, (4) migrasi dan (5) mobilitas social. Juga dipelajari, jumlah penduduk dan distribusinya menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan laju pertambahan penduduk.
3)      Parameter sosiosfir
Parameter yang dipergunakan untuk mengukur kualitas masyarakat antara lain adalah : (1) Crude Birth Rate (CBR), adalah angka kelahiran kasar, (2) Infant Mortality Rate (IMR), adalah angka kematian bayi (AKB), (3) Taraf pendidikan; Angka Melek Huruf (AMH), Rata2 Lama Sekolah (RLS), (4) Produk Domestik Bruto (PDB), (5) Produk Nasional Bruto (PNB), (6) Beban Tanggungan (dependency ratio). Parameter tersebut masing2 dapat memberi gambaran indikasi kualitas suatu keadaan, misalnya CDR member informasi akan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit, gizi dan sebagainya. Sedangkan IMR mengindikasikan kualitas lingkungan tempat tinggal bayi, air bersih, sanitasi, gizi, kesejahteraan ibu dan lain2nya. Semakin tinggi CDR dan IMR, maka semakin rendah angka harapan hidup (AHH) masyarakat dan sebaliknya. Oleh karena itu perlu berbagai upaya untuk menekan/menurunkan CBR dan IMR tersebut
4)      Penyakit Bawaan Sosiosfir
Lingkungan sosial (Sosiofir) sangat berpengaruh terhadap penularan, penyebaran dan “pelestarian” agent didalam lingkungan, akibat dari perilaku masyarakat. Penyakit menular dapat terjadi : (1) secara langsung dari orang ke orang, antara lain : penyakit kelamin, penyakit kulit, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan dan lain2nya, (2) melalui media air, udara, tanah, makanan dan vektor. Sedangkan budaya atau gaya hidup sering dikaitkan dengan kejadian penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, hypertensi, Diabetes Mellitus, Hypercholesterolemia, kanker dan lain2nya.

5)      Pengelolaan Sosiosfir
Lingkungan sosial perlu dikelola dengan pendekatan2 antara lain : (1) pedekatan administratif, (2) pendidikan formal dan tidak formal, (3) pelayanan, (4) integrasi. Pendekatan administrative, berupa Undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, surat edaran yang jelas dan lain2nya, sehingga masyarakat mengerti dan mendukungya. Pendidikan masyarakat baik yang formal maupun tidak formal penting dilakukan dengan tujuan memberi pemahaman dan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat. Selain dari itu diperlukan juga pendekatan penunjang, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam, misalnya penyediaan prasarana dan sarananya.  Pendekatan yang paling  efektif dan efisien adalah dengan mengintegrasikan semua pendekatan tersebut secara komprehensif dan koordinatif


Tidak ada komentar:

Posting Komentar